Lagi-lagi sang Menteri baru, Bapak Ir. H. Azwar Abubakar menggebrak dunia PNS Indonesia dengan pernyataan kontroversinya. Sejak diangkat menjadi menteri, beliau memang membuat gebrakan-gebrakan yang terbilang baru di dunia PNS. Mulai dari penerapan sistim rekruitmen PNS secara jujur, pelaksanaan anjab di seluruh daerah, mensyaratkan TOEFL 600, pernyataan bahwa PNS sebagian besar tidak memiliki kompetensi, aturan baru PNS malas tidak akan diusul kenaikan pangkat, belanja pegawai terlalu banyak dan yang paling hot tentu pernyataan STOP Penerimaan Honorer.
Tentu, tidak ada yang salah dengan gebrakan sang menteri yang terhormat. Mengacu pada positif thinking tentu apapun demi kebaikan negeri ini, sebagai anak bangsa yang cinta dengan ibu pertiwi, hal-hal di atas sepenuhnya kita amini dan berharap dapat diimplementasikan dengan sebaik-baiknya.
Namun, saat ditelusuri lebih lanjut ada kenyataan yang sedikit agak menyesakkan dada ini. Peraturan maupun pernyataan Pak Menteri sepertinya berorientasi pada kepentingan penguasa. Sedikit sekali peraturan yang menyentuh pada pokok permasalahan sebenarnya, maupun yang berorientasi pada kepentingan rakyat kecil.
Pak Menteri mungkin lupa akar permasalahan sebenarnya bahwa ribuan bahkan jutaan anak negeri ini masih setia dengan label "pengangguran". Pada saat mereka diberikan kesempatan menjadi seorang CPNS/PNS, harapan itu sempat membuncah. Bahkan walaupun statusnya hanyalah pegawai honorer.
Tapi apa lacur, bagi yang sudah menikmati menjadi PNS saja sekarang ketar-ketir. Aturan-aturan yang dibuat mensyaratkan seorang PNS kini tak bisa tidur nyenyak, kalau tidak mau dipecat atau minimal jadi PNS merk (baca: gak kepake). Yang paling heboh dan yang mengilhami saya buat postingan ini adalah kebijakan Stop Penerimaan Honorer di seluruh Indonesia.
Sungguh suatu pernyataan yang mengiris dada. Para petinggi itu mungkin lupa bahwa pernyataan tersebut sama saja telah membuat pupus harapan lebih kurang 67 ribu tenaga honorer di seluruh Indonesia. Pupus sudah harapan jutaan keluarga mereka yang selama ini bergantung kepada "kemurahan hati" penguasa. Isu BBM naikpun sudah tak lagi bisa menambah pedih hati mereka, karena hati itu sudah lama luka berdarah dan membusuk bernanah.
Akhirnya, yang tersisa hanya sejumput do'a dari mulut yang tak mampu keluarkan suara. Tatapan penuh harap dari mata yang sudah tak punya air mata. Semoga prahara ini cepat berakhir. Semoga ini hanyalah fatamorgana dan asa itu masih ada di tengah dahaga. Semoga ya Allah, Engkau berikan cahaya di hati mereka. Dan Engkau beri pula kami sabar berlipat ganda...Aamiin.
Post Terkait:
Benar juga gan, kasihan tenaga honorer yang tiba-tiba harus dipecat, ntar dia mau kerja apa??
BalasHapusvisit my blog http://punya-rizal.blogspot.com
Hei...sob salam kenal. Mungkin sobat punya solusi atau buka lapangan pekerjaan...hehe. Sering-sering mampir ya...
HapusPasti ada tujuan di balik semua ya
BalasHapushehe
salam kenal pak admin
hanya mereka dan Allah lah yg tau mas Aieza, salam kenal kembali
HapusInsyaAllah ada hikmahnya :)
BalasHapusAamiin...
HapusInsyaAllah ada hikmahnya
BalasHapus:)
Aamin, Insya Allah. Makasih ya
HapusInsyaALLAH ada hikmahnya :D
BalasHapussabarr :D
;)
HapusIzin copy artikel, Gan ?
BalasHapusSilahkan mas, semoga bermanfaat
Hapus