Minggu, 01 April 2012

Bersahabat Dengan Hati

Dengan mata terkantuk-kantuk kucoba tetap terjaga. "15 menit lagi, ah!", bisikku dalam hati. Kutatap kembali layar monitor, ditemani tumpukan buku tebal, segelas kopi pahit yang telah dingin entah sejak kapan dan nyamuk-nyamuk binal yang sedari tadi tak henti menggoda dengan celotehan nakal. Proposal thesis ini mesti segera selesai karena sudah seminggu berlalu sejak surat penunjukan dosen pembimbing kuterima dari staf TU yang menor dan lebay itu.

Jam dinding di ruang tengah baru saja berdentang, pertanda sudah lewat tengah malam ketika terdengar derit pintu perlahan. Bidadari itu tiba-tiba muncul menatapku, "Belom tidur, Bang...?" bisiknya perlahan. "Ntar lagi, Dinda!". Jari-jemari halus kecil itu pun melingkari leherku, terdengar desahan nafas lembut di telingaku sembari bibir itu mengecup lembut ubun-ubunku dengan penuh rasa cinta. "Abang harus jaga kesehatan juga, dong! Ini sudah larut. Kalau emang hampir siap ya udahlah, Bunda cuma mo bilang selamat ultah ya. Semoga Ayah diberkati usianya oleh Allah."

Sejumput syukur terasa melabuhi hati ini. Dahaga yang tak terkira seolah terpuaskan oleh samudera rasa cinta. Betapa hati ini berbinar bercahaya ditengah kegalauan yang melanda.

Beberapa saat yang lalu, hati ini masih goyah. Ingin berontak dan membunuhnya dengan kesibukan. Beberapa hari yang lalu, aku masih bertanya pada hati ini, "Apa sih yang kau inginkan? Apa maumu? Apa yang harus kulakukan untukmu?". Ah, betapa sering hati ini merasa sedih tanpa tahu alasannya, merasa asing di tengah keramaian dan kehangatan keluarga. Merasa bosan di tengah kemudahan, merasa terancam diantara banyak teman.

Akhirnya dalam kegamangan hati, kulihat ada setitik lentera. Dalam titik lentera itu ada ruang luas benderang.  Sekarang aku tahu mesti bagaimana.  Aku hanya perlu bersahabat dengan hati. Menjaganya dengan syukur, menolaknya dari maksiat. Tidak hanyut dalam kegelisahan karena ketenangan itu telah kuketahui sumbernya. Dan tidak tenggelam dalam kekecewaan karena kepuasan itu tidak pernah berujung semasa hidup di dunia.

Semoga hati ini selalu bercahaya

Ya Allah, betapa Engkau begitu Pengasih dan Penyayang.

1 April 2012, Untuk Istri dan Anakku, orang-orang terkasih.